👦: hai, good morning jangan lupa sarapan ya
👧: *ga bales
👦: aku udah mau berangkat kerja.. kamu hati-hati ya
👧: *ga bales
👦: aku udah kerja.. kamu udah makan?
👧: *ga bales..
👦: meski kamu ga pernah bales bbm aku, aku akan tetep bbm kamu...jangan lupa makan malem ya..
👧: *ga bales
👦: entar kalo tidur jangan lupa sikat gigi ya.. good night semoga mimpi indah ya..
👧: *tetep ga mau bales
👦: selamat pagi sayang, jangan lupa gosok gigi.. cuci muka terus, sarapan ya!
👧: *ga bales
👦: hari ini aku ga kerja, aku mo pergi rumah sakit
👧: siapa yang sakit? kamu? Sakit apa?
👦: hehehe, ga ada kok ga ada yg sakit cuman ingin kesana aja. lagian aku juga kangen sama bbm kamu kalo ga kek gini kamu juga ga bales sms aku... (seneng banget bbmnya dibales)
👧: *Ga bales
👦: kamu marah ya? ya udah aku minta maaf, aku kan cuma kangen kamu, bukan mau ngerjain kamu
👧: *ga bales
👦: aku tau kamu marah, ya udah mungkin mulai besok aku ga akan ganggu kamu lagi, ga bbm kamu lagi. aku minta maaf ya, aku juga udah maafin kamu kok. jaga diri baik-baik, aku akan merindukanmu...
Setelah itu sang cowok pun tak pernah bbm si cewek lagi, hingga buat si cewe merasa bersalah. Akhirnya si cewe bbm dia kembali...
👧: ya, aku maafin kamu. aku juga akan jaga diri baik baik. emang kamu mau kemana?
Kemudian dibalesin: jangan bbm kesini lagi. kakak udah meninggal. hari ini pemakamannya, kalo kakak bisa, dateng ya... (bbm yang ngirim adiknya si cowok)
NOTES:
Buat kamu cewek atau cowok, ada yang seperti cerita ini ga? Yang tulus cintai kita, yang sayang ama kita, tapi kita cuek saja dan seolah-olah si dia ga bakal pergi dari kita.
Hargailah ketulusannya, jangan pernah pelit untuk ucapkan "terima kasih sayangku", "i love u", dan ucapan lainnya sebagai tanda kamu bener-bener menerima ketulusannya.
Semoga cerita ini bisa diambil maknanya buat kalian semua, karena kita ga ingin ada penyesalan jika harus kehilangan orang yang bener-bener mencintai kita.
🌷😢
6 Tempat di Bumi Ini Sangat Beracun dan Mematikan Bagi Makhluk Hidup
Setiap zat meskipun terlihat tidak berbahaya, bisa menjadi sangat beracun dan mengakibatkan kerusakan organisme di bumi. Pasalnya zat yang tidak beracun bisa menjadi mematikan jika dosis yang diberikan melebihi batas aman.
Tempat-tempat berikut ini misalnya, telah menjadi tempat paling beracun di dunia. Banyaknya zat kimia yang tersebar membuat 6 lokasi ini sangat berbahaya bagi makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya.
1. Karachay
Karachay adalah nama sebuah danau kecil yang terletak di pegunungan Ural di Barat Rusia. Tempat ini telah digunakan sebagai pembuangan limbah nuklir sehingga disebut sebagai tempat paling berpolusi di Bumi.
Sejak awal tahun 1950an, Uni Soviet membuang limbah radioaktif dari penyimpanan limbah di Mayak dan fasilitas pemrosesan Ozyorsk ke danau Karachay. Tingkat radiasi di danau ini sangatlah tinggi sehingga hanya satu jam berada di sini bisa berakibat fatal dan bahkan menewaskan makhluk hidup.
2. Laut Aral
Laut Aral yang terletak di Kazakhstan, Uzbekistan dulunya merupakan salah satu dari empat danau terbesar. Namun sejak airnya diarahkan untuk proyek irigasi Uni Soviet, volume air berkurang hingga hanya tinggal 10 persennya saja.
Berkurangnya air ini mengancam ekosistem, ekonomi, serta masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Sisa limbah beracun yang dibuang di danau tersebut kemudian tersapu angin ke daratan di sekitarnya sehingga masyarakat kemudian tidak hanya kekurangan air, tapi juga menderita kanker, penyakit paru-paru, kelainan pencernaan, tbc yang kebal terhadap antibiotik, kelainan hati, mata dan ginjal, serta tingginya angka kematian.
3. Sungai Yamuna
Sungai Yamuna terletak di India dan menyediakan air untuk kurang lebih 57 juta penduduk. Sungai ini dianggap suci oleh masyarakat Hindu dan mereka percaya bahwa sungai ini mampu membebaskan manusia dari siksaan kematian.
Berasal dari glacier di Himalaya, sungai ini sebenarnya bersih. Namun setelah melewati titik Wazirabad, polusi dari pupuk, pembuangan air, sampah, pestisida dan limbah industri lain telah mengotori sungai. Setidaknya 58 persen limbah Delhi langsung tenggelam ke air sungai ini.
4. La Oroya
La Oroya merupakan sebuah kota pertambangan dan peleburan di Peruvian Andes. Sejak tahun 1922, masyarakat telah tinggal di kota yang penuh dengan emisi dan limbah beracun yang berasal dari peleburan metal. Tingkat polusi udara di kota ini telah mencapai tingkat kritis.
Tidak hanya itu saja, kadar racun timbal yang ada di dalam darah anak-anak di wilayah ini telah melebihi batas aman. Karena itulah banyak masyarakat di wilayah ini yang menderita sakit jantung, tulang, usus, masalah reproduksi, serta masalah perkembangan syaraf akibat keracunan timbal.
5. Dzerzhinsk
Dzerzhinsk yang berlokasi di Nizhy Novgorod Oblast, Russia di sepanjang sungai Oka ini memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Bahkan pada tahun 2003, angka kematiannya mencapai 260 persen lebih tinggi dari angka kelahiran.
Tempat ini bahkan masuk sebagai tempat paling berpolusi didunia versi Guiness Book of World Record. Dulunya tempat ini adalah lokasi pembuatan senjata kimia. Namun kini Dzerzhinsk telah menjadi lokasi pembuangan 300 ribu ton limbah kimia yang dibuang sejak tahun 1930 hingga 1998.
6. Sungai Matanza-Riachuelo
Sungai Matanza-Riachuelo mengalir sepanjang 64 km dan merupakan rumah bagi 3,5 juta orang. Namun, sayangnya mereka yang tinggal di daerah ini hanya punya satu sumber air yaitu Matanza itu sendiri yang ternyata begitu penuh polusi.
Di sepanjang sungai ini terdapat 13 pemukiman kumuh dan 42 pembuangan sampah terbuka. Masyarakat di sini dapat mencium bau menyengat sisa bahan kimia dan gas metan yang dikeluarkan dari sungai.
Manusia tentu sudah berusaha semaksimal mungkin menghindari zat kimia berbahaya atau tempat-tempat yang dianggap beracun. Namun jangan berhenti sampai di situ saja, kita juga perlu bergerak untuk menghentikan perusakan alam yang parah seperti ini. Jangan Sampai bumi menjadi tempat yang begitu beracun sampai makhluk hidup tidak bisa lagi tinggal di dalamnya.
KEPRIBADIAN BERDASARKAN UKURAN JARI TANGAN
Kepribadian Anda berdasarkan ukuran Jari tangan Anda
Ukuran dan bentuk jari tangan ternyata menyimpan pengetahuan yang lebih banyak dari yang kita kira.
Kita dapat mempelajari kepribadian kita dari ukuran dan bentuk jari tangan. Apakah Anda tahu, bahwa ada penelitian yang mempelajari tentang hubungan antara ukuran jari dengan kepribadian seseorang?
Studi ini dilakukan di University of Alberta, Canada, dimana ditemukan bahwa terdapat hubungan antara panjang jari telunjuk dan jari manis dengan tingkat resiko seseorang terhadap penyakit. Jadi, menurut penelitian ini, berdasarkan ukuran jari kita, dapat dibagi menjadi 3 tipe:
TIPE A
Jika Anda memiliki ukuran jari manis dan jari telunjuk yang sama panjangnya, maka Anda adalah orang yang pendiam, tidak suka pertikaian ataupun konflik. Anda dikelilingi oleh teman-teman yang banyak dan baik.
Dan pasangan Anda akan selalu mencurahkan begitu banyak cintanya kepada Anda karena Anda adalah orang yang hangat dan sangat mudah dicintai.
TIPE B
Tipe B memiliki jari manis yang lebih pendek dibandingan dengan jari telunjuk.
Kepribadian orang tipe B adalah lucu, sensitif, baik hati. Orang tipe B senang berada ditengah keramaian teman-temannya namun tetap membutuhkan waktu-waktu sendiri untuk me time. Tipe B juga sangat menghargai orang-orang yang berada disekitarnya.
TIPE C
Jika jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk, kepribadian yang dimiliki oleh orang-orang tipe C adalah proaktif, orang yang baik hati, penyayang dan menjadi orang yang sangat menarik bagi orang lain. Tegas dalam mengambil keputusan dan sekali sudah membuat keputusan jarang kemudian berubah pikiran.
Menjadi bahagia adalah sesuatu yang sangat penting bagin orang tipe C, dan orang tipe ini selalu menemukan cara yang terbaik mendapatkan kebahagiaan.
Ukuran dan bentuk jari tangan ternyata menyimpan pengetahuan yang lebih banyak dari yang kita kira.
Kita dapat mempelajari kepribadian kita dari ukuran dan bentuk jari tangan. Apakah Anda tahu, bahwa ada penelitian yang mempelajari tentang hubungan antara ukuran jari dengan kepribadian seseorang?
Studi ini dilakukan di University of Alberta, Canada, dimana ditemukan bahwa terdapat hubungan antara panjang jari telunjuk dan jari manis dengan tingkat resiko seseorang terhadap penyakit. Jadi, menurut penelitian ini, berdasarkan ukuran jari kita, dapat dibagi menjadi 3 tipe:
TIPE A
Jika Anda memiliki ukuran jari manis dan jari telunjuk yang sama panjangnya, maka Anda adalah orang yang pendiam, tidak suka pertikaian ataupun konflik. Anda dikelilingi oleh teman-teman yang banyak dan baik.
Dan pasangan Anda akan selalu mencurahkan begitu banyak cintanya kepada Anda karena Anda adalah orang yang hangat dan sangat mudah dicintai.
TIPE B
Tipe B memiliki jari manis yang lebih pendek dibandingan dengan jari telunjuk.
Kepribadian orang tipe B adalah lucu, sensitif, baik hati. Orang tipe B senang berada ditengah keramaian teman-temannya namun tetap membutuhkan waktu-waktu sendiri untuk me time. Tipe B juga sangat menghargai orang-orang yang berada disekitarnya.
TIPE C
Jika jari manis lebih panjang daripada jari telunjuk, kepribadian yang dimiliki oleh orang-orang tipe C adalah proaktif, orang yang baik hati, penyayang dan menjadi orang yang sangat menarik bagi orang lain. Tegas dalam mengambil keputusan dan sekali sudah membuat keputusan jarang kemudian berubah pikiran.
Menjadi bahagia adalah sesuatu yang sangat penting bagin orang tipe C, dan orang tipe ini selalu menemukan cara yang terbaik mendapatkan kebahagiaan.
Kisah Perempuan Penjaga Showroom
Kisah Perempuan Penjaga Showroom
[Kamu suka nge-judge pekerjaan orang? Baca ini!]
Suatu sore ketika aku berjalan-jalan di sekitar Pasar Ramayana ada seorang wanita mendahuluiku berjalan tergesa-gesa. Isengku timbul, sambil kususul kupanggil dia dari belakang.
“Da, Ida!”
Dia menoleh ke belakang tersenyum dan memperhatikanku.
“Siapa ya?” tanyanya.
“Maaf, maaf kukira temanku,” sahutku, “Kebetulan dia bernama Ida”.
“Mau ke mana sih?” tanyaku sambil kuulurkan tangan mengajak berkenalan. “Saya Anto”.
“Ida, Farida” jawabnya sambil menyambut tanganku.
“Sebenarnya saya mau nonton di Ramayana Theatre, tapi sudah terlambat lagipula filmya nggak bagus”, sambungnya lagi.
“Sekarang mau kemana lagi” pancingku.
“Nggak ada, mau pulang aja” jawabnya.
“Jalan yuk ke Sukasari”.
“Mau ngapain?”
“Jalan aja, kalau ada film bagus kita nonton di sana aja”.
“Ayolah, kebetulan aku juga nggak ada acara, daripada bengong di rumah”.
Sambil ngobrol akhirnya kuketahui bahwa Ida bekerja di sebuah showroom mobil di Jakarta. Ia janda cerai beranak satu. Sudah dua tahun ia menjanda. Umurnya lima tahun di atasku. Tinggal di daerah Warung Jambu, kost dengan beberapa temannya. Perawakannya sedang, tinggi 160 cm dengan badan yang agak kurus. Wajahnya lumayan, kalau dinilai dapat angka tujuh. Kacamata minus satu nongkrong di hidungnya.
Sampai di Sukasari Theatre ternyata film sudah diputar setengah jam.
“Sekarang bagaimana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”.
Kuajak dia jalan mutar-mutar di Matahari lihat-lihat baju dan kosmetik. Akhirnya dia ngajak minum jamu di kedai dekat jalan. Tiba-tiba saja dia menggandeng lenganku berjalan ke kedai jamu tersebut.
“Mau minum sari rapet” godaku.
“Nggak ah, saya biasanya minum sehat wanita saja”.
Akhirnya dia pesan jamu sehat wanita dan aku minum sehat lelaki. Setelah minum jamu duduk-duduk sebentar di sana dan kami kembali ke Sukasari Theatre. Tak berapa lama loket buka.
“Jadi nonton?” tanyaku, “Tentu saja jadi, buat apa nunggu lama-lama di sini?”.
Aku ke loket beli tiket. Dan kembali duduk di sampingnya di lobby. Suasana kelihatan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk-duduk di lobby. Sukasari Theatre memang bukan bioskop favorit di Bogor. Kalah sama Sartika 21 yang baru dibuka.
Akhirnya kami masuk ke dalam bioskop, kemudian film diputar. Kami menontonnya.
Dan baru kusadari, dia melihatku keheranan ketika aku duduk. Dompetku timbul dari balik balutan celana. Dia melihat secarik kertas. Dia ambil kertas itu dan membacanya dalam remang cahaya bioskop.
"Apa ini?"
"Oh.. Aku punya anak asuhan yang sudah setahun ini kurawat. Namanya Bella."
"oh.. maaf ya. Ternyata di balik pekerjaanmu, kamu punya hati yang baik"
Sepanjang pemutaran film itu ternyata kami baru sadar ada polisi yang mengawasi kami.
Singkat cerita, aku mengetahui bahwa dia adalah seorang sindikat Narkoba yang sudah dicari2 polisi. Sekeluar dari bioskop, aku mulai lagi tidak menemuinya.
Esoknya aku mengetahui dia sudah berada di tahanan polisi. Aku menghampirinya dan dia berkata "maaf ya, aku tidak akan lagi melecehkanmu dan pekerjaanmu. Mohon maafkan perbuatanku yang kemarin"
Akhirnya aku tidak lagi bertemu dengannya dan tetap bisa bekerja selayaknya, sambil merawat anak asuhku.
End.
Maaf Jiaka Ada Kesamaan Cerita :)
[Kamu suka nge-judge pekerjaan orang? Baca ini!]
Suatu sore ketika aku berjalan-jalan di sekitar Pasar Ramayana ada seorang wanita mendahuluiku berjalan tergesa-gesa. Isengku timbul, sambil kususul kupanggil dia dari belakang.
“Da, Ida!”
Dia menoleh ke belakang tersenyum dan memperhatikanku.
“Siapa ya?” tanyanya.
“Maaf, maaf kukira temanku,” sahutku, “Kebetulan dia bernama Ida”.
“Mau ke mana sih?” tanyaku sambil kuulurkan tangan mengajak berkenalan. “Saya Anto”.
“Ida, Farida” jawabnya sambil menyambut tanganku.
“Sebenarnya saya mau nonton di Ramayana Theatre, tapi sudah terlambat lagipula filmya nggak bagus”, sambungnya lagi.
“Sekarang mau kemana lagi” pancingku.
“Nggak ada, mau pulang aja” jawabnya.
“Jalan yuk ke Sukasari”.
“Mau ngapain?”
“Jalan aja, kalau ada film bagus kita nonton di sana aja”.
“Ayolah, kebetulan aku juga nggak ada acara, daripada bengong di rumah”.
Sambil ngobrol akhirnya kuketahui bahwa Ida bekerja di sebuah showroom mobil di Jakarta. Ia janda cerai beranak satu. Sudah dua tahun ia menjanda. Umurnya lima tahun di atasku. Tinggal di daerah Warung Jambu, kost dengan beberapa temannya. Perawakannya sedang, tinggi 160 cm dengan badan yang agak kurus. Wajahnya lumayan, kalau dinilai dapat angka tujuh. Kacamata minus satu nongkrong di hidungnya.
Sampai di Sukasari Theatre ternyata film sudah diputar setengah jam.
“Sekarang bagaimana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”.
Kuajak dia jalan mutar-mutar di Matahari lihat-lihat baju dan kosmetik. Akhirnya dia ngajak minum jamu di kedai dekat jalan. Tiba-tiba saja dia menggandeng lenganku berjalan ke kedai jamu tersebut.
“Mau minum sari rapet” godaku.
“Nggak ah, saya biasanya minum sehat wanita saja”.
Akhirnya dia pesan jamu sehat wanita dan aku minum sehat lelaki. Setelah minum jamu duduk-duduk sebentar di sana dan kami kembali ke Sukasari Theatre. Tak berapa lama loket buka.
“Jadi nonton?” tanyaku, “Tentu saja jadi, buat apa nunggu lama-lama di sini?”.
Aku ke loket beli tiket. Dan kembali duduk di sampingnya di lobby. Suasana kelihatan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk-duduk di lobby. Sukasari Theatre memang bukan bioskop favorit di Bogor. Kalah sama Sartika 21 yang baru dibuka.
Akhirnya kami masuk ke dalam bioskop, kemudian film diputar. Kami menontonnya.
Dan baru kusadari, dia melihatku keheranan ketika aku duduk. Dompetku timbul dari balik balutan celana. Dia melihat secarik kertas. Dia ambil kertas itu dan membacanya dalam remang cahaya bioskop.
"Apa ini?"
"Oh.. Aku punya anak asuhan yang sudah setahun ini kurawat. Namanya Bella."
"oh.. maaf ya. Ternyata di balik pekerjaanmu, kamu punya hati yang baik"
Sepanjang pemutaran film itu ternyata kami baru sadar ada polisi yang mengawasi kami.
Singkat cerita, aku mengetahui bahwa dia adalah seorang sindikat Narkoba yang sudah dicari2 polisi. Sekeluar dari bioskop, aku mulai lagi tidak menemuinya.
Esoknya aku mengetahui dia sudah berada di tahanan polisi. Aku menghampirinya dan dia berkata "maaf ya, aku tidak akan lagi melecehkanmu dan pekerjaanmu. Mohon maafkan perbuatanku yang kemarin"
Akhirnya aku tidak lagi bertemu dengannya dan tetap bisa bekerja selayaknya, sambil merawat anak asuhku.
End.
Maaf Jiaka Ada Kesamaan Cerita :)
Seorang Pria Sedikitpun Tak Ada Rasa Kesedihan Saat Pemakamaan Ibunya
Hampir tak ada sedikitpun rasa kesedihan di wajah pria ini
saat pemakamaan ibunya.
Orang –orang yang hadir merasa penasaran., Lalu seorang
Ustad bertanya: ada apa antara kamu dan ibumu, Kami tidak melihat sedikitpun
rasa sedih di wajahmu.” Sambil tersenyum Pria ini membri penjelasan yang
membuat orang-orang meneteskan air mata
Lanjut Cerita...
Dia berjalan kearah kerumunan
tempat prosesi ibunya dikuburkan dengan langkah tegap penuh kepercayaan diri
tanpa sedikitpun bekas air mata di pipinya.
Orang-orang melihatnya, menyalaminya, dan mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya wanita tercinta yang telah membesarkannya. Hampir tak ada sedikitpun rasa kesedihan di wajahnya.
Dan senyumnya yang ramah itu menimbulkan tanda tanya di benak para pelayat, termasuk saudari satu-satunya.
Dia berdiri di tepi kuburan menatap liang lahat seolah-olah ingin mengukur luasnya. Lalu masuk kedalam, membantu pemakaman ibunya meski tanah basah mengotori jas yang dikenakannya.
Sesekali dia tersenyum menatap wajah ibunya yang kaku dan tak bisa lagi membuka matanya. Dan sekali lagi, tidak adanya kesedihan diwajahnya menimbulkan pertanyaan, ‘Ada apa antara dia dan ibunya?’.
Orang-orang telah pergi meninggalkannya yang masih berdiri di tepi kuburan sang ibu. Saudarinya pun telah dimintanya untuk pergi duluan mengurus suami dan anak-anaknya.
Sementara dia tetap berdiri disana, sendirian, namun sekali lagi, tanpa sedikitpun kesedihan. Sesekali dia tersenyum seakan ibu melihatnya dari dalam.
“Boleh saya bertanya, nak?” Sapaan pak ustadz dari belakang mengagetkannya.
Dia menoleh kebelakang dan mengangguk kecil sambil tersenyum.
Pak ustadz lalu berdiri disebelah kanannya, “Saya hanya ingin meluruskan rasa penasaran warga padamu, ada apa antara kamu dan ibumu?”
“Maksudnya pak?”
“Yaaah, kami tidak melihat sedikitpun rasa sedih di wajahmu.”
Sekali lagi dia tersenyum dan menatap pusara sang ibu, “Ayahku meninggal saat aku masih remaja, dan dia ayah yang sangat baik meski bekerja pas-pasan. Dia melindungi kami dari apapun yang merusak lahir dan batin kami. Tapi aku adalah anak pembangkang.”
“Di hari terakhir ayahku, aku bertengkar hebat dengannya dan bahkan meyumpahinya hanya karena dia tak membelikan aku handphone yang kuinginkan. Aku takkan lupa saat ayahku selesai dikuburkan, pak ustadz.
Ibuku menangis setiap harinya, tubuhnya melemah dan mengurus. Namun dia tak berhenti berkeliling menjajakan bakwan keseluruh kampung meski beberapa bakwan yang terjual itu terasa asin bercampur dengan air matanya.”
“Aku melihatnya setiap saat pak, dan aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku yang telah membawa kekecewaan di wajah ayahku saat dia meninggal. Sejak itu, aku meyakinkan diriku bahwa suatu hari nanti ibuku akan mengalami hal yang sama. Dia akan meninggal, dia akan meninggal, dan dia akan meninggal. Dan itu hanya masalah waktu.”
“Pikiran itu terus menghantuiku dan memaksaku harus melakukan sesuatu. Aku tak bisa lagi melakukan kesalahan yang sama seperti pada ayahku. Aku mengubah semua tentang hidupku, baik duniaku maupun agamaku, karena setiap harinya aku berpikir mungkin besok adalah hari terakhir ibuku. Hingga aku berada di posisi seperti ini, pak ustadz.”
Aku bersyukur, ibuku meninggal ketika aku tidak lagi membebani hidupnya.
Aku bersyukur, ibuku meninggal setelah aku memberinya cucu yang sehat dan berbakti.
Aku bersyukur, ibuku meninggal saat masa tuanya hanya tinggal memikirkan ibadah.
Aku bersyukur, ibuku meninggal dengan menepuk dada setiap kali dia bercerita tentangku dan saudariku.
Aku bersyukur, ibuku meninggal di rumahnya dan bukan di kontrakannya.
Aku bersyukur, ibuku meninggal sekarang ini, pk ustadz.
Aku bersyukur, ibuku meninggal penuh kebahagiaan karena aku dan saudariku selalu menghubunginya setiap hari menanyakan kabarnya dan menceritakan kabar kami.”
Dia mulai meneteskan air mata, dan mulai mengalir deras, meski bibirnya terus menerus mengukirkan senyum yang menyejukkan.
“Dan aku bersyukur, pak ustadz. Aku bersyukur, ibuku meninggal tanpa membawa kekecewaan kealam sana dan yakin bahwa aku dan saudariku akan terus memberinya kebanggaan yang akan dikatakannya pada Tuhan dan pada ayahku. Penyesalanku sekarang, aku harus bersabar untuk melihat senyumnya dan mendengar tawanya lagi.”
Orang-orang melihatnya, menyalaminya, dan mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya wanita tercinta yang telah membesarkannya. Hampir tak ada sedikitpun rasa kesedihan di wajahnya.
Dan senyumnya yang ramah itu menimbulkan tanda tanya di benak para pelayat, termasuk saudari satu-satunya.
Dia berdiri di tepi kuburan menatap liang lahat seolah-olah ingin mengukur luasnya. Lalu masuk kedalam, membantu pemakaman ibunya meski tanah basah mengotori jas yang dikenakannya.
Sesekali dia tersenyum menatap wajah ibunya yang kaku dan tak bisa lagi membuka matanya. Dan sekali lagi, tidak adanya kesedihan diwajahnya menimbulkan pertanyaan, ‘Ada apa antara dia dan ibunya?’.
Orang-orang telah pergi meninggalkannya yang masih berdiri di tepi kuburan sang ibu. Saudarinya pun telah dimintanya untuk pergi duluan mengurus suami dan anak-anaknya.
Sementara dia tetap berdiri disana, sendirian, namun sekali lagi, tanpa sedikitpun kesedihan. Sesekali dia tersenyum seakan ibu melihatnya dari dalam.
“Boleh saya bertanya, nak?” Sapaan pak ustadz dari belakang mengagetkannya.
Dia menoleh kebelakang dan mengangguk kecil sambil tersenyum.
Pak ustadz lalu berdiri disebelah kanannya, “Saya hanya ingin meluruskan rasa penasaran warga padamu, ada apa antara kamu dan ibumu?”
“Maksudnya pak?”
“Yaaah, kami tidak melihat sedikitpun rasa sedih di wajahmu.”
Sekali lagi dia tersenyum dan menatap pusara sang ibu, “Ayahku meninggal saat aku masih remaja, dan dia ayah yang sangat baik meski bekerja pas-pasan. Dia melindungi kami dari apapun yang merusak lahir dan batin kami. Tapi aku adalah anak pembangkang.”
“Di hari terakhir ayahku, aku bertengkar hebat dengannya dan bahkan meyumpahinya hanya karena dia tak membelikan aku handphone yang kuinginkan. Aku takkan lupa saat ayahku selesai dikuburkan, pak ustadz.
Ibuku menangis setiap harinya, tubuhnya melemah dan mengurus. Namun dia tak berhenti berkeliling menjajakan bakwan keseluruh kampung meski beberapa bakwan yang terjual itu terasa asin bercampur dengan air matanya.”
“Aku melihatnya setiap saat pak, dan aku tidak bisa berhenti menyalahkan diriku yang telah membawa kekecewaan di wajah ayahku saat dia meninggal. Sejak itu, aku meyakinkan diriku bahwa suatu hari nanti ibuku akan mengalami hal yang sama. Dia akan meninggal, dia akan meninggal, dan dia akan meninggal. Dan itu hanya masalah waktu.”
“Pikiran itu terus menghantuiku dan memaksaku harus melakukan sesuatu. Aku tak bisa lagi melakukan kesalahan yang sama seperti pada ayahku. Aku mengubah semua tentang hidupku, baik duniaku maupun agamaku, karena setiap harinya aku berpikir mungkin besok adalah hari terakhir ibuku. Hingga aku berada di posisi seperti ini, pak ustadz.”
Aku bersyukur, ibuku meninggal ketika aku tidak lagi membebani hidupnya.
Aku bersyukur, ibuku meninggal setelah aku memberinya cucu yang sehat dan berbakti.
Aku bersyukur, ibuku meninggal saat masa tuanya hanya tinggal memikirkan ibadah.
Aku bersyukur, ibuku meninggal dengan menepuk dada setiap kali dia bercerita tentangku dan saudariku.
Aku bersyukur, ibuku meninggal di rumahnya dan bukan di kontrakannya.
Aku bersyukur, ibuku meninggal sekarang ini, pk ustadz.
Aku bersyukur, ibuku meninggal penuh kebahagiaan karena aku dan saudariku selalu menghubunginya setiap hari menanyakan kabarnya dan menceritakan kabar kami.”
Dia mulai meneteskan air mata, dan mulai mengalir deras, meski bibirnya terus menerus mengukirkan senyum yang menyejukkan.
“Dan aku bersyukur, pak ustadz. Aku bersyukur, ibuku meninggal tanpa membawa kekecewaan kealam sana dan yakin bahwa aku dan saudariku akan terus memberinya kebanggaan yang akan dikatakannya pada Tuhan dan pada ayahku. Penyesalanku sekarang, aku harus bersabar untuk melihat senyumnya dan mendengar tawanya lagi.”
Cerita Sedih Ketika Sahabat Sendiri Merebut Pacar Sendiri
Betapa sakit.ya bila shabat sendiri merebut pacar sendiri :(
Aku memiliki sahabat bernama Fandy, kami sangat dekat semenjak duduk di bangku SMP. Kami selalu ke mana-mana berdua, menghabiskan banyak waktu berdua, bahkan bersekolah di tempat yang sama hingga di bangku SMA.
Karena tak ingin terpisah, kami memilih berkuliah di tempat yang sama, walaupun mengambil jurusan berbeda.
Masuk di bangku kuliah, tak kusangka aku segera memiliki kekasih yang sangat kucintai. Verlin, sosok yang benar-benar seperti kuimpikan sebelumnya. Ia selalu menjaga dan menemaniku disaat aku sepi sendiri. Sigap mengerti diriku dan menghadapi sikapku yang terkadang suka marah , Fandy dan Verlin sering menghabiskan waktu bersama. Saling bercanda dan bertukar pikiran.
Karena sangat sayang pada sahabatku, aku hampir selalu mengajak Fandy ke manapun kami Jalan -jalan. Kupikir, rasanya tak menyenangkan kalo tidak ajak dia saat beremu Verlin.
Ternyata aku salah. Tindakanku justru menjadi bumerang bagiku sendiri, karena di sinilah awal mula kekecewaanku itu.
***
Lima bulan hubunganku berjalan dengan sangat manis dan romantis bersama Verlin, namun menginjak bulan ke enam, mendadak Verlin dingin terhadapku.
Kami jarang keluar dan bercanda seperti dulu lagi. Bahkan, aku lebih sering menghabiskan waktuku sendiri. Aku sempat menceritakan hal ini pada Fandy, tetapi ia terus menghiburku dan membesarkan hatiku.
"Sudah lah Sem, mungkin ia sedang sibuk. Kan kuliah sedang penuh-penuhnya dengan tugas-tugas. Kamu sendiri juga merasakan, jadi seharusnya kamu bisa mengerti kan?" ungkap Fandy di telepon.
Aku juga merasa semakin jarang bertemu Fandy. Katanya sih ia juga sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya. Untungnya hampir setiap malam ia tetap meneleponku, menjadi teman berceritaku sehingga aku merasa ia tetap ada untukku (setidaknya itulah pikirku saat itu.)
***
Hari ini adalah setahun kami berpacaran. Tetapi, makin hari kenapa aku merasa semakin jauh dan seperti tak punya pacar ya?
Aku bagaikan kekasih yang tak dianggap, dan dijadikan nomor kesekian. Iya, aku tahu, kuliah memang suatu hal yang serius dan tak bisa dipandang sebelah mata. Tetapi sesibuk itukah hingga ia tak ingat hari jadian kami?
Kegelisahanku segera terjawab ketika aku merasa bosan dan memilih untuk sekedar berjalan-jalan ke mall dan memanjakan mata.
Aku terkejut bukan main. Sekelebat aku seperti melihat dua orang yang kukenal sedang berjalan bergandengan tangan dengan mesra. Iya, itu Fandy dan Verlin.
Segera kuikuti mereka dari belakang dengan mengendap-endap perlahan. Kubiarkan mereka dan kuamati apa saja yang mereka lakukan. Mereka seperti sepasang kekasih yang tengah jatuh cinta, yang memuja satu sama lain. Semua hal itu terlihat dari mata keduanya, dan bagaimana mereka saling membalas sentuhan dengan manja.
Perlahan aku meneteskan air mata. Aku bimbang, apa yang harus kulakukan. Apakah aku harus marah kepada orang yang dekat dan kucintai itu?
Emosiku berhasil kuredam. Kutenangkan diriku dan berjalan ke arah mereka berdua sambil tetap tersenyum.
"Kukira kalian ke mana, ternyata ada di sini. Sudah pesan makanan? Aku lapar..." kataku.
Seperti yang kuduga, mereka sama terkejutnya denganku. Fandy bergeser memberiku ruang dan kemudian tertunduk. Ia tak berani memandang dan menjawab pertanyaanku. Demikian juga dengan Verlin yang hanya membisu.
Aku membuka suara lagi, "aku mungkin orang yang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi, kalian perlu ingat bahwa aku adalah orang yang sangat mencintai kalian... Aku tak perlu penjelasan apapun saat ini, rasanya semua begitu rumit. Aku hanya minta pada kalian berdua, ini adalah pilihan kalian, dan jangan sampai hubungan kalian rusak karena apa telah kalian korbankan sangat besar. Camkan itu."
Aku berjalan pergi meninggalkan mereka. Meninggalkan orang yang kucintai. Meninggalkan mereka yang telah menusukku dari belakang.
***
Verlin berusaha menghubungiku, baik lewat telepon, datang ke rumah, mengirim surat, hingga meninggalkan pesan di akun socmedku. Aku terdiam tak menjawabnya.
Bagiku sudah cukup pengorbanan yang telah kulakukan untuknya. Aku yang saat ini terluka, masih belum bisa bersikap seperti dulu kepadanya. Rasanya aku tak sanggup lagi melihat senyum dan manjanya pada mantan kekasihku itu.
Aku memaafkannya, tetapi aku tak ingin lagi bersahabat lagi dengannya
Sedihnya jika Sahabat sendiri menusuk dari blakang
Begitulsh ceritanya dan kami akan selau update cerita dan gambar yang menarik tunggu update.nya yang terbaru :)
Langganan:
Komentar
(
Atom
)











