Kisah Perempuan Penjaga Showroom

Kisah Perempuan Penjaga Showroom
[Kamu suka nge-judge pekerjaan orang? Baca ini!]



Suatu sore ketika aku berjalan-jalan di sekitar Pasar Ramayana ada seorang wanita mendahuluiku berjalan tergesa-gesa. Isengku timbul, sambil kususul kupanggil dia dari belakang.

“Da, Ida!”

Dia menoleh ke belakang tersenyum dan memperhatikanku.

“Siapa ya?” tanyanya.
“Maaf, maaf kukira temanku,” sahutku, “Kebetulan dia bernama Ida”.
“Mau ke mana sih?” tanyaku sambil kuulurkan tangan mengajak berkenalan. “Saya Anto”.
“Ida, Farida” jawabnya sambil menyambut tanganku.
“Sebenarnya saya mau nonton di Ramayana Theatre, tapi sudah terlambat lagipula filmya nggak bagus”, sambungnya lagi.
“Sekarang mau kemana lagi” pancingku.
“Nggak ada, mau pulang aja” jawabnya.
“Jalan yuk ke Sukasari”.
“Mau ngapain?”
“Jalan aja, kalau ada film bagus kita nonton di sana aja”.
“Ayolah, kebetulan aku juga nggak ada acara, daripada bengong di rumah”.

Sambil ngobrol akhirnya kuketahui bahwa Ida bekerja di sebuah showroom mobil di Jakarta. Ia janda cerai beranak satu. Sudah dua tahun ia menjanda. Umurnya lima tahun di atasku. Tinggal di daerah Warung Jambu, kost dengan beberapa temannya. Perawakannya sedang, tinggi 160 cm dengan badan yang agak kurus. Wajahnya lumayan, kalau dinilai dapat angka tujuh. Kacamata minus satu nongkrong di hidungnya.

Sampai di Sukasari Theatre ternyata film sudah diputar setengah jam.

“Sekarang bagaimana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”.

Kuajak dia jalan mutar-mutar di Matahari lihat-lihat baju dan kosmetik. Akhirnya dia ngajak minum jamu di kedai dekat jalan. Tiba-tiba saja dia menggandeng lenganku berjalan ke kedai jamu tersebut.

“Mau minum sari rapet” godaku.
“Nggak ah, saya biasanya minum sehat wanita saja”.

Akhirnya dia pesan jamu sehat wanita dan aku minum sehat lelaki. Setelah minum jamu duduk-duduk sebentar di sana dan kami kembali ke Sukasari Theatre. Tak berapa lama loket buka.

“Jadi nonton?” tanyaku, “Tentu saja jadi, buat apa nunggu lama-lama di sini?”.

Aku ke loket beli tiket. Dan kembali duduk di sampingnya di lobby. Suasana kelihatan sepi, hanya ada beberapa orang saja yang duduk-duduk di lobby. Sukasari Theatre memang bukan bioskop favorit di Bogor. Kalah sama Sartika 21 yang baru dibuka.

Akhirnya kami masuk ke dalam bioskop, kemudian film diputar. Kami menontonnya.
Dan baru kusadari, dia melihatku keheranan ketika aku duduk. Dompetku timbul dari balik balutan celana. Dia melihat secarik kertas. Dia ambil kertas itu dan membacanya dalam remang cahaya bioskop.

"Apa ini?"
"Oh.. Aku punya anak asuhan yang sudah setahun ini kurawat. Namanya Bella."
"oh.. maaf ya. Ternyata di balik pekerjaanmu, kamu punya hati yang baik"

Sepanjang pemutaran film itu ternyata kami baru sadar ada polisi yang mengawasi kami.

Singkat cerita, aku mengetahui bahwa dia adalah seorang sindikat Narkoba yang sudah dicari2 polisi. Sekeluar dari bioskop, aku mulai lagi tidak menemuinya.

Esoknya aku mengetahui dia sudah berada di tahanan polisi. Aku menghampirinya dan dia berkata "maaf ya, aku tidak akan lagi melecehkanmu dan pekerjaanmu. Mohon maafkan perbuatanku yang kemarin"

Akhirnya aku tidak lagi bertemu dengannya dan tetap bisa bekerja selayaknya, sambil merawat anak asuhku.

End.

Maaf Jiaka Ada Kesamaan Cerita :)

5 komentar:

  1. Liat hatinya jangan pandang dari luar, mungkin itu pesannya

    BalasHapus
  2. mantap gan (y) ditunggu cerita2 seru dan baper selanjutnya :D

    BalasHapus
  3. Bisa dibuat film nih gan cerita :-D

    BalasHapus
  4. mantap gan ceritanya, sekayak novel novel

    BalasHapus
  5. Keren binggo nih ceritanya bisa dibikn sinetron... :D coba-coba deh tawarin kan lumayan heheheh siapa tau ada yang mau bikin..

    BalasHapus

Follow Us